Seksualitas

Mengapa norma masyarakat terhadap ‘seks yang normal’ itu berubah-ubah menurut zaman?

Karena konsep tentang seks yang normal itu sendiri ditentukan (atau lebih tepatnya ‘ditemukan’) oleh masyarakat secara tidak mendasar, tidak ada kaitan baku yang hakiki, ibarat nilai mata uang kertas yang tidak didukung dengan cadangan emas.

Lihatlah apa yang dianggap abnormal setengah abad yang lalu telah mulai dianggap ‘rutin’ dalam budaya beberapa bangsa tertentu. Misalnya penggunaan alat kontrasepsi, alat vibrator, kegiatan oral seks, dan lain-lain. Homoseksualitas juga pada gilirannya bisa diakui sebagai kasus yang ‘normal’ nantinya.

Saya (wanita) tersinggung dengan perbedaan pandangan masyarakat. Mengapa pria yang aktif seks disebut ‘perkasa’ (positif) sedang wanita yang aktif seks disebut ‘gatal’ (negative)??

Kebudayaan kita yang paternalis sulit membayangkan wanita dengan kebebasan seks yang sama seperti pria. Ini mencerminkan suatu double standard (bermuka dua) yang masih ada dalam masyarakat, dimana eksplorasi seksual pria lebih ditoleransi ketimbang eksplorasi seksual wanita.

Telah terjadi semacam ‘penghukuman’ masyarakat terhadap wanita yang aktif secara seksual. Ia dicap ‘gatal’ karena menginginkan sejumlah pria sekaligus, sementara hal ini tidak dianggap sejalan dengan feminitasnya. Sebaliknya, pria yang menunjukkan berahinya hanyalah sejalan dengan unsur dasar dan maskulinitasnya : perkasa.

0 komentar



Recommended Money Makers

  • Chitika eMiniMalls
  • WidgetBucks
  • Text Link Ads
  • AuctionAds
  • Amazon Associates