seksualitas

Saya seorang istri yang mapan dan percaya diri. Selama 15 tahun berumahtangga, hubungan seks saya dengan suami cukup memuaskan. Celakanya dalam senggama, saya sering berfantasi diri saya dipaksa oleh bajak laut, bangster, dan lain-lain. Terus terang saya menikmati fantasi ini. Apakah ini berarti saya diam-diam ingin diperkosa?

Fantasi yang anda gambarkan sering menjadi mitos masyarakat seolah-olah wanita yang diperkosa memang diam-diam menikmatinya. Tidak!

Fantasi anda tidak berarti minta diperkosa.

Fantasi ini sangat umum dialami para wanita, bahkan dikalangan pria pun terjadi jenis-jenis fantasi yang menyangkut penggunaan kekuatan wanita untuk memaksakan seks terhadap lawannya.

Para ahli menerangkan bahwa fantasi-fantasi yang menyangkut kekuatan bisa memberi ‘dalih’ yang membebaskan orang tersebut dari keharusan untuk memulai suatu inisiatif seks. Juga memberi dalih terhindar dari perasaan berdosa karena menikmati seks (yang dianggap kotor).

Begitu pula sebaliknya, ada banyak pria yang berfantasi memaksakan penggagahan seks kepada wanita, padahal pria tersebut jelas-jelas tidak punya maksud sedikit pun untuk memerkosa wanita manapun!

Dengan sesama jenis kelamin, sedikit pun saya tidak tertarik secara seksual. Namun anehnya, kadang muncul fantasi saya akan mereka, dan ini memberikan kenikmatan. Apakah saya seorang homo yang potensial?

Dr. Sol Gordon menjawab pertanyaan anda ini dengan balik bertanya, ‘Bila anda sesekali menyayangi anjing anda, apakah anda lantas potensial menjadi anjing?’

Pikiran dan emosi manusia terlalu kompleks untuk dibagi secara dangkal atas kategori ‘sejati’ dan ‘homo/lesbi’.

Dalam suasana yang cocok, bukankah semua manusia akan potensial menjadi segala sesuatu? Ya potensial musical, ya potensial petinju, homoseksual, dan sebagainya?

Kadang-kadang fantasi akan sesama jenis kelamin ini berpangkal pada ‘kemudahan-kemudahan’ karena sesama jenis, yang dirasakan lebih nyaman ketimbang rasa ‘konflik’ dan ketegangan yang harus dialami kalau berhadapan dengan jenis kelamin yang berbeda (battle of the sexes).

FANTASI SEX

Apakah ‘fantasi seks’ itu? Berbahayakah ia bagi pelakunya?

Fantasi seks adalah angan-angan seksual yang sering tidak sesuai dengan kenyataan, yang dipentaskan dalam benak seseorang dengan tanpa sadar. Fantasi ini digunakan untuk meningkatkan rangsangan seksual sebelum atau selama senggama, ataupun tatkala bermasturbasi.

Fantasi seks biasanya ‘menyutradarai’ suatu adegan seks yang tidak biasa, yang hanya ada di angan-angan, tetapi tidak bisa atau tidak mudah diwujudkan.

Sebagian orang merasa takut akan fantasi seksnya sendiri, karena khawatir kalau-kalau ia nantinya benar-benar tergoda untuk merealisasikan fantasinya.

Mengapa takut? Karena biasanya fantasi tersebut keluar dari jalur susila atau yang dianggap berbahaya, bahkan illegal. Namun secara psikiatri, fantasi seks itu sendiri umumnya tidaklah dilihat sebagai indikasi bahwa pelakunya mempunyai kelainan kepribadian atau kejiwaan, sepanjang ia tidak kecanduan total kepada satu jenis fantasi seks yang itu-itu saja.

Berapa luas fantasi seks dilakukan orang?

Studi di Amerika mengungkapkan bahwa 73% pria dan 56% wanita mengatakan sekali-sekali mereka terlibat dalam fantasi seks. Termasuk di dalamnya 9% pria dan 4% wanita yang menyatakan sering berfantasi seks.

Survey lain yang khusus ditujukan kepada pria, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

‘ Apakah dalam 5 menit terakhir ini ada terlintas dalam pikiran anda sesuatu yang berunsur seks?’

Jawabannya:

Sebanyak 51% pria berumur 16-17 tahun, dan 20% pria umur 40-55 tahun mengatakan ‘YA’. Hebat kan?

masturbasi?

Apakah masturbasi pria lebih menyenangkan bila memakai kondom?

Walaupun masturbasi tidak membutuhkan kondom, memang tercatat sejumlah pelaku memakainya untuk keperluan masturbasi. Mereka mengatakan senang akan kesannya yang mirip senggama. Juga senang karena sperma tidak belepotan ke mana-mana. Selain itu karena kondom berpelumas, gesekan pun menjadi lebih lembut, dan ini turut meningkatkan kepuasan bermasturbasi. Sebaliknya, ada pula pelaku-pelaku lain yang tidak menyukai cara ini. Ini semata-mata masalah selera.

Saya terlalu menikmati masturbasi sampai-sampai kehilangan minat terhadap senggama pasangan?

Pertanyaan ini bisa menyangkut seks, bisa pula tidak. Bilamana anda takut akan hubungan khusus dengan pasangan anda, atau tidak percaya padanya, atau bila anda mengisolasikan diri anda, maka memang anda tidak berminat terhadap senggama pasangan. Memang senggama pasangan lebih banyak komplikasi ketimbang senggama solo, alias masturbasi. Jauhkan isu-isu emosional yang mendatangkan komplikasi tersebut, demi menemukan senggama pasangan yang lebih memuaskan.

masturbasi?

Tatkala muda saya sering melakukan masturbasi, teman saya menerangkan bahwa saya bakalan steril karena sperma saya akan makin kehilangan kesuburan. Saya kini sangat khawatir. Apa benar demikian?

Tidak peduli berapa kali ejakulasi, tetaplah tubuh sang pria memproduksi sperma baru seperti yang tampak pada ejakulasi berikutnya.Tidak ada data yang mendukung teori bahwa masturbasi akan mendorong kesterilan pria. Ketakutan anda semata-mata disebabkan oleh pikiran yang salah bahwa pria terlahir dengan jumlah sperma yang sudah tertentu, sehingga makin banyak yang dihamburkan di waktu muda akan menyebabkan dirinya ‘kehabisan bensin’. Salah! Jumlah sperma akan kembali normal tatkala anda berhenti masturbasi sehari-dua hari. Maka janganlah panic, tenang aja.

Saya memergoki suami saya sedang masturbasi sendirian. Hati saya jadi terluka karena hal itu tidak seharusnya terjadi kalau ia memang sudah menikmati seks yang alami bersama saya.

Bila suami anda sembunyi-sembunyi melakukan masturbasi, jangan lalu anda menafsirkan seolah-olah pernikahan anda tidak memuaskan secara seksual. Atau malah merasa diri anda tidak diinginkan lagi oleh suami anda. Banyak pasangan nikah tercatat sebagai pelaku-pelaku masturbasi yang menganggap kegiatan masturbasi berbeda dan terpisah dengan kenikmatan bersenggama. Bagi mereka masturbasi adalah kegiatan suplemen ketimbang kegiatan substitusi (menggantikan) terhadap kualitas senggama. Riset masturbasi di Amerika menyatakan bahwa 72% dari suami, dan 69% dari istri melakukan masturbasi di samping senggama yang teratur. Ingat, menyenangi hamburger tidaklah bisa diartikan sebagai anti-sate.

Biologis Lelaki

Jam Biologis Lelaki

KECERDASAN anak tidak ditentukan oleh ibu saja, tetapi pihak ayah juga ikut berperan. Hal ini juga berkaitan dengan jam biologis baik kaum perempuan maupun laki-laki.

Seperti diketahui, kualitas kesuburan perempuan mulai menurun saat berusia 30-35 tahun. Hamil pada masa itu berisiko melahirkan anak dengan kecerdasan rendah.

Begitu juga dengan kaum pria. Semakin berumur, kualitas spermanya pun semakin tua dan kemampuan bertahannya berkurang.

Semua itu diungkapkan berdasar penelitian terbaru dari Universitas Queensland di Australia. Mereka telah menganalisis lebih dari 33.000 anak.

Janin yang terbentuk ketika sang ayah berusia 50 tahun atau lebih, memiliki kepandaian di bawah rata-rata. Terutama terkait daya konsentrasi, ingatan, kemampuan membaca, dan berpikir. Setidaknya setelah melewati usia tujuh tahun.

Bahkan, penelitian terakhir di Israel mengatakan dari 300.000 remaja autis lahir dari seorang ayah berusia 40 tahun atau lebih.

Risiko autis ditimbulkan enam kali lebih besar dibanding dari seorang ayah berusia 20 tahun atau lebih muda. Sementara usia ibu tidak ada kaitannya dengan risiko bayi autis.

Kedua penelitian menunjukkan separo dari masalah kesuburan berkaitan dengan sperma.

Umumnya ketidaksuburan seorang lelaki disebabkan pembuluh darah membesar di scrotum dan adanya gangguan pada jalur sperma. Kedua masalah di atas bisa diatasi dengan operasi di rumah sakit.

MASTURBASI

MASALAH MASTURBASI

Apakah masturbasi buruk untuk kesehatan seseorang?

Tidak.

Apakah masturbasi mempengaruhi kesuburan?

Tidak.

Apakah masturbasi menyebabkan orang bisa gila?

Tidak.

Apakah masturbasi mempengaruhi ukuran penis pria secara permanent?

Tidak.

Apakah masturbasi mengubah bentuk dan ukuran serta warna pada bagian tertentu dari kemaluan wanita?

Tidak.

Apakah masturbasi di kala remaja akan mengurangi kemampuan orang secara seksual dengan pasangannya di kemudian hari?

Tidak.

Berapa luasnya masturbasi dilakukan orang? Apa makin meluas?

Kinsey Research yang dilakukan pada dasawarsa 1940-1950 menunjukkan 94% pria dan 40% wanita yang melakukan masturbasi hingga mencapai orgasme. Riset dan studi belakangan ini menunjukkan angka yang masih stabil di kalangan pria, tetapi telah terjadi pelonjakan masturbasi di kalangan wanita dari 40% hingga lebih dari 70%.

Sex Pranikah

Benarkah seks pranikah makin popular dewasa ini? Apa sebabnya?

Benar bahwa seks pranikah makin ngetren di kalangan para single.

Hal ini adalah akibat langsung dari makin mundurnya rata-rata usia kawin sehingga desakan seks makin berlanjut. Ditambah dengan kehadiran alat-alat KB yang secara efektif turut menjebol pertahanan ‘seks pranikah’.

Namun, sebab mendasar terletak pada pergeseran konsep cinta yang tadinya berujud self sacrifice (pengorbanan diri) menjadi self service (melayani diri sendiri). Bila seks mendesak dan memang memberikan kenikmatan, mengapa tidak disambut? Demikian argument mereka. Masyarakat tampak makin permisif (mengizinkan) terhadap perilaku ini karena ia sendiri tidak bisa lain daripada himpunan kaum self service yang makin dominan.

Penelitian oleh Liu Dalin dari Pusat Penelitian Sosiologi Seks, Shanghai, mengungkapkan bahwa 86% masyarakat kota menoleransi seks pranikah, walau mayoritas responden masih menganggap keperawanan adalah milik wanita yang paling berharga untuk dibawa ke perkawinan.

Faktor-faktor lain yang kuat mendukung terciptanya seks pranikah adalah :

Ø Tekanan dari sesama teman atau pasangannya sendiri untuk melakukan hubungan seks pranikah.’ Kalau engkau benar cinta padaku, buktikan! Jangan ketinggalan zaman, jadi manusia purba.’ Hahaha :D

Ø Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kekaburan remaja akan cinta dan seks.’ Saya melakukannya sebab ingin ia mencintai saya. Saya melakukannya sebab saya mencintainya.’

Ø Remaja dewasa ini cenderung memberontak terhadap aturan-aturan orangtua, termasuk seks sebagai buah terlarang.

Ø Rasa ingin tahu dan penasaran akibat pemberitaan-pemberitaan yang merangsang atau yang dibesar-besarkan (misal oleh media massa). Dalam suasana penasaran akan misteri seks, para remaja pun melakukan ‘risetnya’ sendiri-sendiri.

Sex

Seks disebut-sebut sebagai kegiatan yang sesungguhnya keramat dan spiritual. Lalu mengapa ia merusak banyak kehidupan manusia?

Kehidupan dirusak bukan oleh seks, tetapi oleh keputusan yang buruk tentang seks.

Barang yang suci sekalipun, seperti sedekah, seni, dan lainnya, bisa dipakai secara destruktif ( merusak ). Semuanya tergantung pada bagaimana ia dipertimbangkan, dipilih, dan dipakai, maka seks pun bisa menunjukkan sacral atau bejatnya. Ada pepatah mengatakan,’uang itu baik, seks itu baik. Bila ada yang tidak baik, pastilah itu pemiliknya sendiri.’

Itulah sebabnya kita perlu memberikan pengarahan kepada anak-anak muda tentang akibat dari keputusan-keputusan seksual yang akan diambilnya, ketimbang hanya melarang semata.

Seksualitas

Mengapa norma masyarakat terhadap ‘seks yang normal’ itu berubah-ubah menurut zaman?

Karena konsep tentang seks yang normal itu sendiri ditentukan (atau lebih tepatnya ‘ditemukan’) oleh masyarakat secara tidak mendasar, tidak ada kaitan baku yang hakiki, ibarat nilai mata uang kertas yang tidak didukung dengan cadangan emas.

Lihatlah apa yang dianggap abnormal setengah abad yang lalu telah mulai dianggap ‘rutin’ dalam budaya beberapa bangsa tertentu. Misalnya penggunaan alat kontrasepsi, alat vibrator, kegiatan oral seks, dan lain-lain. Homoseksualitas juga pada gilirannya bisa diakui sebagai kasus yang ‘normal’ nantinya.

Saya (wanita) tersinggung dengan perbedaan pandangan masyarakat. Mengapa pria yang aktif seks disebut ‘perkasa’ (positif) sedang wanita yang aktif seks disebut ‘gatal’ (negative)??

Kebudayaan kita yang paternalis sulit membayangkan wanita dengan kebebasan seks yang sama seperti pria. Ini mencerminkan suatu double standard (bermuka dua) yang masih ada dalam masyarakat, dimana eksplorasi seksual pria lebih ditoleransi ketimbang eksplorasi seksual wanita.

Telah terjadi semacam ‘penghukuman’ masyarakat terhadap wanita yang aktif secara seksual. Ia dicap ‘gatal’ karena menginginkan sejumlah pria sekaligus, sementara hal ini tidak dianggap sejalan dengan feminitasnya. Sebaliknya, pria yang menunjukkan berahinya hanyalah sejalan dengan unsur dasar dan maskulinitasnya : perkasa.

Apakah benar bahwa hubungan seks yang buruk merupakan sebab utama perceraian?

Di Indonesia, tidak ada data yang cukup untuk kesimpulan di atas. Sekalipun alasan-alasan cerai tercantum dalam Buku Pendaftaran Talak dari Kantor Urusan Agama, tetapi untuk setiap kasus cerai, pencatatannya hanya terbatas pada satu alasan yang biasa dibenarkan oleh hukum. Ini tentu tidak memadai untuk suatu studi ilmiah.
Sedangkan di Amerika, Journal of Marriage & The Family mengungkapkan bahwa seks bukan masalah utama dari perceraian.
Kurangnya komunikasi, ketidakcocokan dalam tujuan dasar, emosi yang kasar, dan konflik lain yang bersifat nonseksual, tercatat sebagai faktor-faktor utama yang menyebabkan perceraian.
Jangan lupa bahwa konflik dan ketegangan dalam bidang-bidang yang tadinya bersifat nonseksual pada gilirannya akan memicu masalah seksual, sehingga hubungan seks yang buruk akan kelihatan seolah-olah menjadi biang keladi dari unsur perceraian.
Memang ada juga masalah seks yang bisa langsung menyebabkan perceraian, misalnya impotent, frigid, ketidaksetiaan pasangan dan lain-lain.
Namun, sebaliknya juga berlaku, bahwa pasangan-pasangan yang merasa rukun selama ini (happy couple) ternyata memendam masalah seks yang tinggi (50% diutarakan oleh suami rukun, dan 77% oleh istri rukun di AS).
Jadi tampaklah bahwa tatkala aspek-aspek hubungan lainnya berjalan baik, maka pasangan (yang rukun ini) bisa bertoleransi atas kekecewaan seksual yang tinggi tanpa harus memikirkan perceraian.

Saya sesungguhnya ingin secara murni berteman baik dan akrab dengan pria (sebagaimana saya berteman akrab dengan wanita), tetapi rupanya hal ini tidak mungkin kalau tidak menyangkut unsur seksual. Benarkah pria tidak bisa akrab dengan wanita single tanpa unsur seksual?

Mestinya bisa!
Namun, perkembangan nilai-nilai pergaulan pria-wanita memang mengalami perubahan. Dahulu, wanita tidak bebas berdekatan dengan pria, kecuali kalau hubungan mereka sudah sangat serius atau malah harus bertunangan dulu.
Dalam keadaan demikian ‘hubungan akrab’ justru ditandai dengan perkembangan keterlibatan unsur-unsur seksual, walau pasangan ini belum melakukan hubungan intim.
Kini, tatkala wanita bebas berdekatan dan akrab dengan pria maka kedekatan ini diterjemahkan banyak pria dalam konteks yang mirip dengan dulu. Yaitu seolah-olah wanita ini ‘mengizinkan’ pengembangan unsur-unsur seksual. Ia dianggap available (siap sedia). Kebanyakan pria menilai tingkah persahabatan wanita sebagai suatu gelagat godaan dan undangan untuk hubungan intim. Persahabatan platonis (kasih murni) yang ditawarkan wanita membingungkan mereka yang memandang wanita sebagai objek seks.

Teringat pada salah satu proyek riset seks yang dilakukan oleh Kinsey Institute di Amerika tahun 1989. Riset ini dinamakan Sex Information Test, suatu studi untuk mengungkapkan apakah orang-orang dewasa disana lulus pengetahuannya seputar masalah seksualitas yang penting dan berguna untuk mereka ketahui sehari-hari.

Dan apa yang terjadi? Ternyata masyarakat yang dianggap paling maju dan bebas informasi tentang seks, malahan kebanyakan gagal dalam tes demikian. Dan ini menghebohkan, karena hampir tidak bisa dipercaya!

Para ahli dan pendidikan seks sadar akan implikasinya. Tidak heran begitu banyak kasus kehamilan di luar nikah misalnya, hanya karena tidak menyadari bahwa kehamilan bisa terjadi walau dilakukan dalam kondisi x, y, z, dan seterusnya, termasuk tatkala wanita sedang menstruasi!

Atau tidak bisa menikmati seks yang benar hanya karena banyak mitos dan gagasan keliru yang menyudutkannya.

Atau ketakutan yang salah atas ancaman homoseksualitas, atau cara penularan virus HIV, atau malah menggunakan alat bantu seksual yang berbahaya.

Ini semua menyedihkan, dan sekaligus berbahaya, hanya karena kurangnya tuntutan seksualitas yang merupakan bagian dari kemanusiaan kita sendiri.

Kalau Amerika yang dijuluki kampiun informasi, termasuk informasi seks, tetapi masyarakatnya masih banyak yang tidak lulus menempuh Sex Information Test, maka bagaimana dengan gugus masyarakat lain yang hidup di tengah-tengah informasi seks yang hampir tiada?

Dalam kupasan tentang seks, tidak terhindarkan penggunaan kata-kata atau kalimat yang bisa dianggap ‘kotor’ oleh sekalangan puritan (orang suci). Namun, bukankah George Bernard Shaw telah memperingatkan bahwa ‘Kita tidak diajari untuk berpikir terhormat tentang seks. Akibatnya, kita tidak mempunyai bahasa untuk seks kecuali yang tidak terhormat.’

Dalam posisi nisbi demikian ini, maka isu dari penerangan seks bukanlah berapa kadar ‘kotor’ atau ‘bersih’ penyajiannya, melainkan berapa rasionalnya kupasan seks yang disajikan.

Dengan rasionalitas yang mencakup tiga bidang tanggung jawab :

> Penerangan seks haruslah menerangi, dan bukan merangsang
> Memberi pengertian tentang konsekuensi dari setiap perilaku seksual
> Membantu pengambilan keputusan yang matang dalam masalah seksual yang muncul




Peranan Seks

Apa peranan seks untuk kehidupan manusia? Apa fungsi dan tujuan seks sesungguhnya?

Seks bertujuan untuk memproduksi kaumnya, memberikan keturunan. Namun, seks juga berperan untuk mengokohkan hubungan pasangan dan meningkatkan intimitas.
Seks berfungsi pula memberikan kenikmatan, menguatkan harga diri (manusia ‘perkasa’), serta mengendurkan ketegangan dan rasa khawatir. Inilah peran-peran seks yang tergolong positif.
Akan tetapi, seks tidak seluruhnya berfungsi positif. Acap kali ia dimanipulasi untuk urusan-urusan kejahatan dan keuangan dengan mengatasnamakan CINTA.

Apakah benar kegiatan seks berfungsi baik untuk menurunkan berat badan?

Aktivitas seksual hanya memakan 6,4 kalori per menit pada saat-saat ketegangan puncak (sesaat sebelum dan begitu orgasme), dibandingkan dengan konsumsi rata-rata 3.000 kalori sehari. Maka, kegiatan seks jelas tidak dapat diandalkan dalam program menurunkan berat badan.

Apakah pelepasan seksual (lewat senggama atau masturbasi) mutlak diperlukan untuk kesehatan jasmani dan rohani seorang pria?

Secara rohani atau psikologis, pelepasan seks tampaknya diperlukan oleh pria-pria tertentu. Namun pantang seks (termasuk masturbasi) tidaklah mendatangkan risiko kesehatan jasmani.
Sejumlah orang akan merasa puas-puas saja tanpa pelepasan seks untuk suatu masa tertentu atau bahkan untuk seluruh masa hidupnya. Alam sendiri turut mengatur pelepasan seksual ini pada saat tidur dalam bentuk ‘mimpi basah”.
Sebaliknya bagi sebagian orang, bendungan seks ini dirasakan sebagai suatu hal yang mengecewakan, atau malapetaka, bahkan tidak mungkin dipikul. Kedua kutub reaksi ini tetaplah umum dan normal saja.

Apakah benar bahwa pria memberi cinta untuk mendapatkan seks, sementara wanita memberi seks untuk mendapatkan cinta?

Pernyataan di atas ada benarnya untuk sebagian masyarakat zaman dulu, di mana wanita (atau orangtuanya) menyerahkan dirinya (atau anaknya) untuk mendapatkan jaminan masa depan, khususnya jaminan keuangan. Maka seks pun menjadi suatu milik berharga yang dapat ditukar dengan ‘dukungan keuangan’ dari pihak pria. Kini, seiring kemajuan pola pikir kaum wanita, maka makin memudarlah tanggapan tersebut.
Yang benar untuk masa sekarang ini adalah bahwa para pria ataupun wanita, sama-sama menginginkan cinta dan seks.



Recommended Money Makers

  • Chitika eMiniMalls
  • WidgetBucks
  • Text Link Ads
  • AuctionAds
  • Amazon Associates